Thursday, March 20, 2014

Pengorbanan seberapa banyak?

Darwis Tere Liye:
Kenapa ibu rumah tangga itu mulia sekali? Kenapa? Karena dia membesarkan anak2? Bukan itu jawabannya, karena banyak orang yang bisa membesarkan anak2 sama baiknya dgn mereka, baby sitter misalnya, dibayar. Karena dia mendidik anak2? Bukan. Karena toh juga banyak yang bisa mendidik anak2 lebih baik, guru, trainer, instruktur misalnya. Semakin profesional, semakin jago--meski semakin mahal bayarnya.
Kenapa ibu rumah tangga itu mulia sekali? Jawabannya adalah: karena mereka mengorbankan hidup mereka demi orang2 di sekitarnya berkembang. Pengorbanan, itulah kata kuncinya.
Sungguh, tidak terbilang ibu rumah tangga yang bisa saja jadi wanita karir, bisa menggapai CEO, direktur, tapi dia memilih menjadi ibu rumah tangga di rumah saja. Tidak terbilang ibu rumah tangga yang bisa jadi profesor, doktor, jadi apapun yang mereka mau karena pintar dan brilian. Tidak terbilang dari mereka yang bisa jadi Presiden, Menteri, astronot, dokter, artis, apapun itu, tapi ketika mereka memilih menghabiskan waktu menjadi ibu rumah tangga, mereka telah mengambil langkah yang amat mulia: mengorbankan hidup mereka demi membesarkan dan mendidik anak2nya, mendukung suaminya dari belakang, menjadi orang dibalik layar. Mereka mengorbankan hidupnya agar orang disekitar berkembang.
Kenapa menjadi guru itu amat mulia? Juga sama rumusnya, karena guru2 terbaik, hei, sejatinya guru2 terbaik ini bisa sukses kalau dia mau jadi pengusaha, mau jadi insinyur, tapi mereka memilih mengajar dengan kesadaran penuh, dengan kecintaannya. Mereka mengorbankan hidupnya dengan cukup menjadi guru saja, mendidik anak2, agar anak2 ini berkembang baik, menjadi kebanggaan. Tahu resikonya, tidak akan kaya raya dengan jadi guru. Jalan yang dia pilih. Itulah kenapa guru amat mulia.
Disekitar kita, banyak sekali jenis pengorbanan yang indah. Sebatang lilin membiarkan tubuhnya meleleh demi terang sekitar. Seorang Ibu rela hidup-mati demi melahirkan anak tersayang. Seorang Ibu rela tidak beli baju demi anak2nya beli baju. Tidak tidur demi anak2nya tidur. Pengorbanan2 yang mengharukan. Dan kita, Kawan, selalu bisa mengambil jalan itu, jalan pengorbanan. Bersedia menukar hidup kita demi kebahagiaan orang2 yang kita sayangi.
Ketahuilah, semakin lapang hati kita memilihnya, semakin lega, maka semakin indah jalan pengorbanan itu. Dilakukan penuh kesadaran, dilakukan penuh ihklas dan tulus. Biarlah, biarlah orang2 yg kita cintai berkembang, orang2 menggapai cita2, mimpi2 terbaiknya, kita memutuskan menjadi jalan terbaik bagi mereka, men-support, mendukung. Nama kita boleh jadi tidak akan diukir di prasasti, nama kita boleh jadi tidak akan diingat siapapun. Tapi kita akan selalu mengukir, mengingat ketulusan pengorbanan yang kita lakukan. Itulah kenapa Ibu rumah tangga amat mulia dan spesial. Mereka adalah pahlawan dalam sebuah pertempuran besar egoisme, keinginan diri sendiri.

Bunda. Itu yang langsung kepikiran pas gue baca ini. Terharu. Sudah pasti. Inspirasi hidup gue. Karena Bunda juga gue berprinsip buat jadi ibu rumah tangga. Iya, nantinya kerja di rumah. Ngurus anak, masak, mendukung suami dari balik layar.

Disaat kebanyakan temen-temen gue ogah jadi "sekadar" ibu rumah tangga, yang ingin jadi wanita karir, atau sampai mencapai posisi tertentu di suatu perusahaan.. Memang tidak salah.. Orang memiliki cita-cita dan mimpi terbaiknya masing-masing. Mungkin salah satunya agar punya penghasilan sendiri supaya gak tergantung sama suami. Lagi-lagi, gue gak menyalahkan. Semua orang punya tujuan hidup masing-masing. Dan pilihan gue nantinya adalah menjadi ibu rumah tangga. Tanggung jawab yang besar menurut gue sih. dan balik lagi, pengorbanan...

Udah pernah ambil MK Psikologi Anak? Cobain deh, di matkul itu diceritain perkembangan anak mulai dari dalam kandungan sampai tumbuh menjadi remaja. Dan siapa yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologisnya? Orang tua, terutama ibu. Gue gak mau kehilangan momen-momen tumbuh kembangnya, gue gak mau anak gue jadi anaknya 'baby sitter'. Gue mau anak gue sukses karena bimbingan gue, bukan orang lain, dan dari madrasah pertamanya: Ibu :)